Selasa, 01 Desember 2015

kurikulum di Australia beserta perbandingannya dengan kurikulum di Indonesia



A.    Sistem Pendidikan di Australia
Pendidikan di Australia tidak dipegang oleh pemerintah pusat, namun diserahkan pada setiap negara bagian atau teritorinya. Jadi, setiap negara bagian memiliki hak untuk menyelenggarakan pendidikan yang berbeda-beda. Hal ini berdasarkan pada konstitusi Australia, dimana  pendidikan merupakan tanggungjawab negara bagian. Pada setiap negara bagian, seorang Menteri Pendidikan dengan sebuah departemen pendidikan melaksanakan pendidikan dasar dan menengah, dan adakalanya juga pendidikan prasekolah. Sehingga, masing-masing negara bagian dan wilayah daratan mempunyai otoritas sendiri dalam pelaksanaan pendidikannya.
Menurut Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas disebutkan dalam Pasal 1 Ayat 8 bahwa jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Dilihat dari jenjang pendidikan formal, Australia terdiri dari 3 tahapan pendidikan, yaitu pendidikan dasar (primary schools), pendidikan menengah (secondary education, meliputi secondary school/high schools), dan pendidikan tinggi (tertiary education in universties or TAFE [techical and further education] college). Ada kalanya, sebelum memasuki primary school, peserta didik memasuki kindergarten atau taman kanak-kanak.
Di Australia, pendidikan dasar menjadi dasar untuk memasuki jenjang selanjutnya, yaitu pendidikan menengah. Pendidikan menengah merupakah lanjutan dari pendidikan dasar. Tahapan terakhir adalah pendidikan tinggi, yang mencakup beberapa program, yaitu diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
Lama pendidikan untuk masing-masing jenjang tersebut berbeda antarnegara bagian. Perbedaanya dapat dilihat dalam tabel berikut ini:


1.      Wilayah New South Wales, Victoria, Tasmania, dan Australian Capital Territory
Jenjang Pendidikan
Lama Pendidikan
Pendidikan Dasar
Primary School
6 tahun
Pendidikan Menengah
Junior Secondary School
4 tahun
Senior High School
2 tahun

2.      Wilayah Queensland, Australia Selatan, Australia Barat, Northern Territory
Jenjang Pendidikan
Lama Pendidikan
Pendidikan Dasar
Primary School
7 tahun
Pendidikan Menengah
Junior Secondary School
3 tahun
Senior High School
2 tahun

Pendidikan di Australia, mewajibkan peserta didik untuk menempuh wajib belajar, yaitu pada jenjang primary school (SD) dan junior secondary school (SMP). Sehingga, wajib belajar di Australia yakni 10 tahun. Selanjutnya, peserta didik dapat masuk ke senior high school. Istilah yang dilakukan untuk jenjang pendidikan di Australia adalah year 1 – 12 (dari jenjang primary school hingga high school).
Pada jenjang senior high school, setiap peserta didik memiliki kewajiban untuk memilih program pendidikan kejuruan atau pendidikan umum. Pendidikan kejuruan diarahkan untuk pasar kerja, artinya lulusan pendidikan kejuruan tersebut akan siap untuk bekerja setelah lulus. Setiap negara bagian memiliki Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan (Vocational Education and Training atau VET). VET mempersiapkan peserta didik untuk bekerja tanpa perlu mendapatkan gelar sarjana.
Untuk peserta didik yang mengambil pendidikan umum, dapat meneruskan pendidikan ke jenjang diploma, bachelor degree, dst. Berikut adalah kualifikasi kerangka kualifikasi Australia (AQF atau Australian Qualification Framework) menurut sector pendidikan.


Australian Qualification Framework
Sektor Sekolah
Sektor Vocational Education And Training (VET)
Sektor Perguruan Tinggi
Senior Secondary Certificate of Education (Ijazah Sekolah Menengah Atas)
(2–3 tahun)
Vocational graduate diploma (Diploma Kejuruan)
(1 tahun)
Gelar doktor (3+ tahun)
VET di Sekolah
Vocational graduate certificate (Sertifikat Kejuruan)
(6 bulan)
Gelar Masters / Magister
(1–3 tahun)

Advanced diploma (Diploma Lanjutan)
(6–12 bulan)
Graduate diploma
(1 tahun)

Diploma
(1 tahun)
Graduate certificate
(6 bulan)

Sertifikat IV
(1 tahun)
Bachelor degree (Gelar Sarjana Muda)
(3 tahun)

Sertifikat III
(6 bulan)
Associate degree, advanced diploma
(1,5 tahun)

Sertifikat II
(6 bulan)
Diploma
(1 tahun)

Sertifikat I
(6 bulan)


Untuk gelar yang didapatkan setelah menempuh perguruan tinggi adalah:
·         Bachelors degree (setingkat sarjana S1)
·         Masters degree (setingkat magister S2)
·         PhD (setingkat doktor S3)
Untuk tes bagi siswa yang berlaku secara nasional, Australia menyelenggarakan NAPLAN (National Assessment Program-Literacy and Numeracy). Setiap tahunnya, semua siswa yang berada pada tahun 3, 5, 7, dan 9 melakukan tes pada hari yang sama. Materi tes tersebut meliputi membaca, menulis, bahasa (mengeja, tata bahasa, dan pemberian tanda baca), dan perhitungan.
B.     Kurikulum di Australia
Pengembangan Kurikulum Australia dipandu oleh Melbourne Declaration on Educational Goals for Young Australians, diadopsi oleh dewan menteri pendidikan Negara bagian dan teritori pada Desember 2008. Deklarasi Melbourne tersebut menekankan pada pentingnya pengetahuan, pemahaman dan keterampilan bidang pelajaran, kemampuan umum, dan prioritas lintas-kurikulum sebagai dasar untuk kurikulum yang dirancang untuk mendukung pembelajaran abad 21.
Kurikulum Australia berisi tentang hak untuk mendapatkan bagi setiap siswa Australia. Hal-hal yang terkait meliputi hal-hal dasar untuk mencapai sukses, belajar seumur hidup, dan partisipasi dalam masyarakat Australia. Hal ini berarti bahwa kebutuhan dan kepentingan siswa akan bervariasi, sehingga sekolah dan guru akan merencanakan kurikulum berdasarkan kebutuhan dan kepentingan tersebut. Kurikulum Australia juga mengakui perubahan cara di mana siswa akan belajar dan ada berbagi tantangan-tantangan yang akan terus membentuk pembelajaran mereka di masa yang akan depan.
Kurikulum Australia pun akan dikembangkan untuk semua area pembelajaran dan mata pelajaran yang ditetapkan dalam Melbourne Declaration: awalnya untuk bahasa Inggris, matematika, IPA/sains dan sejarah, dilanjutkan dengan geografi, bahasa, seni, ekonomi, bisnis, dan kewarganegaraan, Pendidikan kesehatan dan olahraga, serta teknologi informasi dan komunikasi.
Kurikulum Australia menetapkan apa yang harus dipelajari oleh siswa melalui spesifikasi isi kurikulum dan pembelajaran yang diharapkan pada nilai sekolah mereka melalui spesifikasi standar prestasi (the specification of achievement standards).
Setiap bidang atau subjek pembelajaran meliputi:
·         Sebuah pernyataan rasional dan seperangkat tujuan
·         Gambaran tentang bagaimana area pembelajaran diselenggarakan
·         Deskripsi tingkatan ‘year/tahun.
·         Uraian isi menetapkan apa yang diharapkan akan diajarkan oleh guru, meliputi  pengetahuan (knowledge), pemahaman understanding) dan keterampilan (skills).
·         Elaborasi isi, yang berisi berbagai contoh yang menggambarkan setiap uraian. Contoh-contoh ini tersedia bagi guru serta mereka yang mungkin membutuhkan bantuan untuk lebih mengerti mengenai uraian isi tersebut.
·         Standari Prestasi, yaitu menerangkan mutu pembelajaran (berupa tingkat kedalaman pengertian, luasnya pengetahuan dan tingkat keterampilan) yang diharapkan telah dicapai oleh para siswa pada setiap tingkat tahun. Para siswa yang berhasil mencapai standar tersebut akan cukup mampu untuk melanjutkan ke tingkat berikutnya.
·         Contoh-contoh Pekerjaan siswa yang teranotasi akan menggambarkan standar prestas pada setiap tingkat tahun. Ada beberapa contoh yang dapat dilihat selama masa konsultasi dan kesatuan yang lebih lengkap lagi akan terseda selang beberapa waktu kemudian.
·         daftar kata-kata sulit (glossary) untuk mendukung konsistens pernyataan yang digunakan.
Dalam dunia dimana ilmu pengetahuan dapat terkembang secara konstan, siswa perlu mengembangkan keterampilan, perilaku dan disposisi, atau kemampuan umum yang berlaku di seluruh konten disiplin dan melengkapi mereka untuk menjadi pembelajar seumur hidup, mampu beroperasi dengan percaya diri, kaya informasi, dalam dunia global.
Kurikulum Australia fokus pada tujuh kemampuan umum, yaitu
1)      kemampuan menulis dan membaca—literacy,
2)      kemampuan berhitung—numeracy,
3)      teknologi komunikasi informasi,
4)      keterampilan berfikir,
5)      kesusilaan,
6)      kreativitas,
7)      manajemen-diri,
8)      kerjasama dalam team—teamwork,
9)      pengertian antar-budaya—intercultural understanding,
10)  kompetensi sosial
Tiga dimensi lintas kurikulum (cross-curriculum dimensions) adalah
1)      sejarah dan kebudayaan penduduk pribumi (indegenous history and culture)
2)      Asia dan keterlibatan Australia di Asia (Asia and Australia’s engagement with Asia)
3)      Kelestarian (Sustainability)
Kurikulum Australian merupakan kurikulum sambung jarring (online) yang memberikan fleksibilitas yang maksimum dalam hal bagaimana kurikulum tersebut dapat diakses dan diatur.
Misalnya saja, para pemakai dapat melihat, mengunduh serta mencetak kurikulum itu untuk bidang pembelajaran tertentu pada tingkat satu tahun saja atau untuk berbagai tingkat tahun secara sekaligus. Mereka juga dapat melihat, mengunduh, dan mencetak isi dengan memfokusikan pada salah satu atau lebih dari kemampuan umum atau dimensi lintas-kurikulum yang ada.
C.    Tenaga Kependidikan di Australia
1.      Syarat Guru di Australia
Syarat guru untuk mengajar di Australia ditentukan oleh setiap Negara bagian dan teritori Australia. Standar qualifikasi antarnegara bagian dan teritori tersebut berbeda satu dengan yang lainnya. Meski demikian, kesamaannya adalah setiap guru harus memiliki sertifikat mengajar.
Untuk mendapatkan sertifikat mengajar, calon guru di Australia harus menempuh pendidikan tertentu. Bila calon guru belum menyelesaikan jenjang S1, maka ia harus mendaftar di S1 jurusan pendidikan (Bachelor of Education) yang berlangsung selama 4 tahun. Namun, bila calon guru sudah menyelesaikan jenjang S1 di luar jurusan pendidikan, maka calon guru tersebut harus mengikuti beberapa program, yaitu: 
·         Bachelor of Education (graduate entry) - 1.5-2 years
·         Graduate Diploma of Education - 1 year (equivalent to a teacher certificate program)
·         Masters of Teaching - 1.5 years 
Setiap program tersebut tersedia untuk pembelajaran di tingkat primary ataupun secondary.
2.      Peningkatan Profesionalitas Guru
Guru adalah ujung tombak dari pendidikan yang berlangsung di dalam kelas. Seiring dengan kemajuan teknologi serta perkembangan pengetahuan, profesionalitasan guru pun harus ditingkatkan. Berbagai program dilakukan untuk meningkatkan profesionalitasan guru di Australian. Salah satu program yang dilakukan oleh ALTC (Australian Learning and Teaching Council) adalah Teaching Preparations Programs (TPPs) yang ditujukan untuk guru. Program ini telah mulai dilakukan di 39 universitas.
Meski demikian, setiap Negara bagian ataupun teritori memiliki program maupun cara tersendiri untuk meningkatkan profesionalitasan guru mereka. Beberapa contohnya adalah sebagai berikut:
a.      Australian Capital Territory
2)      Office of Catholic Partnerships (hubungan kerjasama pendidikan dengan Universitas Catholic)
5)      Professional Learning
6)      Professional Learning Calendar meliputi kursus, services, elearning, programs.
8)      Strategic Directions in Professional Learning (menyediakan publikasi)
10)  Teacher Scholarships (beasiswa untuk guru).
b.      New South Wales
1)      Continuing Professional Development, yaitu dukungan dari New South Wales Institute of Teacher untuk meningkatkan profesionalitasan guru. Focus pengembangan meliputi penelitian, kursus dan program tertentu, dsb.
2)      Professional Development for Teachers - The University of Sydney, yaitu pengembangan profesionalitasan melalui The Faculty of Education and Social Work.
3)      Professional Learning and Leadership Development, yaitu website untuk kebijakan fremeworkds dan pengetahuan untuk mendukung pembelajaran guru, pengetahuan, leadersip, dan pengelolaan administrative sekolah.
c.       Northern Territory
1)      Professional Learning Framework, yaitu website yang menyediakan berbagai cara untuk mengembagkan profesionalitasan guru.
2)      Professional Learning Modules, yaitu menyediakan modul pembelajara yang dikembangkan untuk menunjang berbagai aspek dalam pembelajaran di sekolah.
d.      Queensland
1)      Continuing Professional Learning, yaitu proyek dari the Queensland College of Teachers.
3)      Professional Exchange, yaitu program pertukaran guru.
e.       South Australia
1)      Professional Development, yaitu pengembangan profesonalitasan untuk guru yang meliputi leadership program serta administratif.
f.       Tasmania
1)      Leadership Starts from Within ProgramLeading Other ProgramOnline Learning, Professional Learning, yaitu website yang berisi peningkatan profesionalitasan guru.
2)      Professional Learning Handbook, yaitu program yang berasal dari Tasmanian Catholic Education Office.
g.      Victoria
1)      FUSE - Professional Learning, yaitu pengembangan keprofesionalan baik formal maupun informal untuk guru, trainer, administrator, dan staf pendidikan lainnya.
2)      ICT Professional Learning Domain dan Professional Leadership, yaitu website untuk membantu guru meningkatkan keprofesionalitasannya.
3)      Education Excellence Awards, yaitu penghargaan dalam bidang pendidikan.
4)      Salah satu program pengembangan yang dilakukan untuk guru yang baru pertama kali mengajar adalah program magang (induction). Program yang ditujukan untuk guru yang baru pertama kali mengajar. Program ini bertujuan untuk mempersiapan diri pada aktivitas sekolah dan menyadari prosedur yang diperlukan. Selain itu, program ini juga memungkinkan guru pemula untuk melakukan dialog professional secara berkelanjutan dan belajar dengan kolega/mentor yang berpengalaman.
h.      Western Australia
1)      Leadership Programs, diperuntukkan untuk sekolah pemerintah untuk menaikkan standar sekolah.
2)      Online Curriculum Services, diperuntukkan untuk guru agar lebih intaraktif dalam mengakses kurikulum dan mengembangkan keprofesionalan dalam mengajar.
3)      Professional Development - Curriculum Council, diperuntukkan sebagai wujud dukungan terhadap guru.
4)      School Matters, yaitu majalah sekolah yang dipubilkasikan dalam dua kali masa terbit oleh Departemen Pendidikan. Umumnya berisi tentang kegiatan belajar mengajar yang baik, pengembangan profesionalan, prestasi guru, siswa, dsb, serta opini dan komentar.
3.      Organisasi Guru
Organisasi untuk guru-guru di Australia disebut dengan the Australian Teacher Education Assosiation (ATEA). Misi dari ATEA adalah untuk mempromosikan:
a)      Pra-pelayanan serta melanjutkan pendidikan untuk semua guru dalam segala bentuk dan konteks;
b)      Pendidikan guru sebagai sentral dalam pendidikan bangsa;
c)      Penelitian untuk pendidikan guru sebagai upaya inti.
Beberapa strategi kunci yang dilakukan untuk mencapai tujuan atau misi tersebut adalah:
1)      mendorong peningkatan pendidikan guru awal;
2)      terlibat dalam advokasi nasional untuk pendidikan guru;
3)      mempromosikan dan mendukung profesi keguruan;
4)      membentuk link yang kuat dengan individu dan organisasi yang terlibat dalam perubahan pendidikan;
5)      meningkatkan sifat, kualitas dan ketersediaan pengembangan profesional bagi pendidik guru, dan 
6)      mempromosikan dan menyebarkan hasil penelitian, ide-ide dan praktik, inovasi dan evaluasi dalam pendidikan guru.

D.    Peran Pemerintah
Pemerintahan di Australia adalah pemerintah yang peduli terhadap dunia pendidikan. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah di Australia untuk memajukan pendidikan di negaranya. Beberapa peran tersebut antara lain adalah:
1.      Menyupply pendanaan pendidikan untuk pemerintah federal, sementara masalah akreditasi ditangani oleh pemerintah negara bagian dan teritori, karena perguruan tinggi terdapat di negara bagian dan teritori yang berbeda.
2.      Adanya lembaga audit nasional yaitu bertugas untuk memeriksa sistem yang diterapkan di lembaga pendidikan dan badan akreditasi. Lembaga ini menerbitkan laporan pemeriksaan, termasuk rekomendasi.
3.      Melakukan system penjaminan mutu. System penjaminan mutu dilakukan oleh pemerintah, lembaga audit, dan lembaga pendidikan itu sendiri. Pemerintah bertugas dalam pendanaan, lembaga audit berperan sebagai pemeriksa, sedangkan lembaga pendidikan bertugas untuk afirmasi (melakukan self review, menemukan masalah, kemudian menganalisa bagian yang akan dikembangkan/dibangun).

E.     Permasalahan Pendidikan di Australia
1.      Sekolah Public dan Privat. Permasalahan yang terjadi baik untuk public maupun privat adalah adanya kesenjangan atau gap diantara kedua jenis sekolah tersebut. Terdapat banyak perbedaan diantara keduanya, antara lain fasilitas, pendanaan, bangunan, guru yang aktif, dsb. Sekolah public umumnya lebih lambat belajar, kurang disiplin, serta banyak anak yang tidak memenuhi target pendidikan.
2.      Anak yang secara social ekonomi rendah, akan mendapatkan akses pengetahuan dan teknologi yang lambat.  Padahal akses pengetahuan dan teknologi sangat penting untuk peningkatan prestasi siswa, serta sebagai motivasi untuk pencapaian yang telah dilakukan oleh siswa.
3.      Staff atau pekerja pendidikan yang harus bekerja keras, namun mendapatkan insentif/gaji yang kurang setimpal. Sehingga, kesejateraan mereka kurang baik. Guru yang mengajar anak-anak miskin pun mendapatkan insentif/gaji yang kurang sesuai.
4.      Lima puluh persen dari siswa mengabaikan studi mereka untuk bekerja, terutama siswa yang berasal dari tingkatan sosio-ekonomi rendah. Hal ini akan mengganggu kegiatan belajar mereka.

F.     Perbandingkan Pendidikan di Australia dan Indonesia
Beberapa perbandingan dari pendidikan yang ada di Australia dan Indonesia antara lain adalah:
Pertama, dilihat dari bobot dan tingkat kesulitan materi pelajaran, standar pendidikan dasar di Indonesia jauh lebih tinggi. Jika di Indonesia, siswa-siswa kelas dua SD sudah mendapatkan banyak pelajaran dan berbagai pekerjaan rumah serta ulangan atau ujian, tetapi siswa-siswa setaraf kelas 1 – 2 SD di Australia belum diwajibkan untuk emmbaca. Bahkan di Indonesia, siswa TK nol besar diwajibkan lancer membaca dan berhitung, apalagi jika orangtua mereka berniat mendaftarkan mereka ke Sekolah Dasar unggulan yang diwajibkan mereka lolos ujian tulis sebagai syarat pendaftaran masuk. Sungguh berbeda sekali dengan di negeri yang terkenal dengan binatang kangguru ini. Pendidikan di TK seperti istaa bermain dimana mereka bebas bermain, mengembangkan kreatifitas dan bersosialisasi. Pendidikan dasar di Australia lebih ditekankan sebagai pondasi untuk belajar mengenal diri sendiri, lingkungan serta pengembangkan sikap (character building). Mengajarkan hal-hal sederhana secara praktis lebih ditekanka disbanding teori-teori di kelas. Karena itu, tidak heran jika di Australia, sering terlihat siswa-siswa SD yang sedang belajar mengukur kepadatan mobil di jalan raya atau di lain waktu mereka tengah melakukan kegiatan di luar kelas (excursion), seperti ke pasar, perkebunan, peternakan kadag mereka belajar juga mengantri, melakukan transaksi jual beli dan sebagainya. Sebuah pengajaran yang aplikatif serta bisa langsung diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, dalam hal penilaian (assessment). Berbeda dengan di Indonesia yang mewajibkan para sswa untuk menempuh ulangan-ulangan sebagai persyaratan untuk naik kelas. Di Australia tidak ada siswa yang tidak naik kelas. Memang ada ujian nasional seperti UAN di Indonesia, yaitu tes standar nasional dikenal dengan istilah NAPLAN (National Assessment Program Literacy and Numeracy) yaitu tes nasional yang dilakukan serentak di Australia untuk menguji kemampuan membaca, menulis dan berhitung sebagai persiapan memasuki Year 10 (setara dengan kelas I SMU).
Walau standar materi pelajaran untuk pendidikan dasar di Indonesia tampak jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Australia, namun ketika memasuki tingkat perguruan tinggi, tampak negeri kita lebih tertinggal dibandingkan Australia. Selain disebabkan karena peralatan teknologi yang lebih canggih dan lengkap, fasilitas-fasilitas penelitian yang lebih memadai, juga faktor mahasiswa yang telah memiliki pengembangan karakter (character building) yang kuat, fondasi sikap yag tertanam sejak dini di pendidikan dasar sangat mempengaruhi kesuksesan masa depan mereka, seperti kemandirian, jujur, kreatif, inovatif, serta berpikir kritis (critical thinking).
Ketiga, pemberian reward (penghargaan) terhadap usaha siswa sangat dijunjung tinggi, baik dalam bentuk verbal maupun non-verbal seperti ucapan pujian ‘well done’, ‘excellent’, dsb. Yang lebih menarik lagi di SD, setiap ada siswa yang berbuat baik atau melakukan usaha keras, mempunyai keberanian yang positif, akan memperoleh reward berupa sertifikat-sertifikat kecil (school rewards) yang nanti jika telah terkumpul sepuluh sertifikat, akan diumumkan di acara assembly, yaitu acara yang diselenggarakan tiap dua minggu sekali untuk pengembangan bakat seni para siswa. Di acara tersebut, masing-masing kelas menampilkan kreatifitas seperti menyanyi, menari, drama, dsb. Hal yang istimewa lagi, pada school awards juga ditulis hal-hal baik yang telah dilakukan anak didik, seperti menolong teman yang jatuh, berani berbicara di depan kelas, jujur, empati, dan perilaku positif lainnya yang dilakukan siswa. Di sinilah terlihat betapa pengembangan karakter (character building) dan kecerdasan emosi (emotional equvalence) sangat ditekankan dalam pendidikan dasar. Penghargaan dan feedback yang positif ini juga tertulis di dalam raport siswa. Jadi penilaian pada rapost siswa di Australia adalah berbentuk narasi, bukan dalam bentuk angka-angka seperti pada sekolah di Indonesia.
Keempat, suasana belajar di sekolah-sekolah dasar di Australia terlihat sangat kondusif. Beberapa hal yang menunjang proses pembelajaran adalah jumlah siswa di dalam kelas yang tak lebih dari 20 siswa, media, kumpulan portofolio, dan alat-alat peraga pembelajaran yang lengkap, dinding kelas yang ‘ramai’ ditempeli dan digantung berbagai macam gambar, tulisan, hasil karya siswa maupun media buatan guru. Kebanyakan dinding kelas sekolah di Australia dilapisi papan lunak (softboard), sehingga dapat digunakan untuk menempel hasil karya siswa dan media belajar. Hal ini jarang terlihat di kelas sekolah di Indonesia yang terlihat ‘bersih’ dan tampaknya masih kurang media serta alat peraga yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Selain itu, jumlah siswa yang sedikit ini memungkinkan bentuk formasi bangku yang diatur melingkar sehingga para siswa dapat belajar, berdiskusi dalam kelompok juga bersosialisasi. Namun bisa kita pahami, hal ini kurang bisa diterapkan di semua sekolah di Indonesia yang lebih banyak memiliki kelas-kelas besar, karena jumlah penduduk yang jauh lebih besar dibandingkan Australia.
Kelima, dari segi tenaga pendidik, guru-guru di Australia amat disiplin. Para guru diwajibkan datang ke kelas sebelum murid-murid masuk. Hal ini tampaknya tengah digalakkan di Indonesia. Dengan adanya morning briefing bagi para guru sebelum masuk ke kelas tentu sangat baik untuk meningkatka kedisiplinan bagi tenaga pengajar dan juga sebagai sarana mendiskusikan persoalan-persoalan dalam proses belajar mengajar.
Keenam, tidak adanya Pendidikan Agama di Australia.

KESIMPULAN
           
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, maka didapatkan kesimpulan bahwa terdapat berbagai perbedaan yang mencolok antara pendidikan di Australia dan Indonesia. Beberapa perbedaan tersebut meliputi:
1.       Sistem pendidikan yang berbeda, dimana wajib belajar di Australia adalah 10 tahun (primary dan secondari school) sementara di Indonesia adalah 9 tahun (SD dan SMP).
2.      Tes nasional yang dilakukan oleh pemerintah Australia adalah NAPLAN (National Assessment Program-Literacy and Numeracy), yang dilakukan sebagai persiapan menuju year 10.  Sementara di Indonesia, tes nasional yang dilakukan adalah UNAS, yaitu setelah menyelesaikan jenjang SD, SMP, dan SMA.
3.      Syarat guru di Australia sama dengan di Indonesia, yaitu S1 (4 tahun) hanya saja terdapat program khusus bagi calon guru yang sudah menamatkan S1 di luar jurusan kependidikan untuk bisa menjadi seorang guru. Di Indonesia, pernah diadakan program Akta IV, namun sudah tidak berlaku lagi. Orang yang ingin menjadi guru harus mengikuti sekolah guru atau mengambil master di bidang pendidikan.
4.      Setiap negara bagian di Australia memiliki cara tersendiri untuk meningkatkan profesionalitasan gurunya.
5.      Asosiasi guru di Australia disebut dengan The Australian Teacher Education Assosiation (ATEA), sementara di Indonesia disebut PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia).
6.      Beberapa permasalahan pendidikan di Australia meliputi (1) kesenjangan antara sekolah privat dan publik (2) keterbatasan teknologi dan informasi untuk anak sosio-ekonimi rendah (3) staff pengajar yang tidak mendapatkan insentif sesuai porsi kerja (4) lima puluh persen siswa sosio-ekonomi rendah mengabaikan study mereka untuk bekerja.
7.      Tidak adanya pendidikan agama di Australia.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.australiancurriculum.edu.au/ Disunting tgl 24 Oktober 2011 jam 9.49
http://www.jobaroo.com/job-teaching.html disunting tanggal 27 November 2011
jam 2:45 PM
http://en.wikipedia.org/wiki/Certified_teacher disunting pada tanggal 27 November 2011 jam 2:45 PM
 disunting pada tanggal 27 November 2011 jam 3:00 PM
http://en.wikipedia.org/wiki/Education_in_Australia disunting pada tanggal 17 Oktober 2011 jam 3:00 PM
http://www.australia.com/id/about/ disunting pada tanggal 17 Oktober 2011 jam 3:10 PM
http://www.mapsofworld.com/australia/education/ disunting pada tanggal 17 Oktober 2011 jam 3:12 PM
http://www.yesaustralia.com/cursoestudo-sistemaensinoing.htm disunting pada tanggal 17 Oktober 2011 jam 3: 40 PM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar